Sabtu, 30 April 2011

Sifat-sifat yang harus dihindari

Sifat-sifat yang harus dihindari :

1. Bashful
Sering menghindari perhatian karena malu
2. Unforgiving
Sulit melupakan sakit hati atas ketidakadilan yang dialami, biasa mendendam
3. Resentful
Sering memendam rasa tidak senang akibat tersinggung oleh fakta/khayalannya
4. Fussy
Bersikeras minta perhatian besar pada perincian/hal yang sepele
5. Insecure
Sering merasa sedih/cemas/takut/kurang kepercayaan
6. Unpopular
Suka menuntut orang lain untuk sempurna sesuai keinginannya
7. Hard to please
Suka menetapkan standar yang terlalu tinggi yang sulit dipenuhi oleh orang lain
8. Pessimistic
Sering melihat sisi buruk lebih dulu pada situasi apapun
9. Alienated
Sering merasa terasing/tidak aman, takut jangan-jangan tidak disenangi orang lain
10. Negative attitude
Jarang berpikir positif, sering cuma melihat sisi buruk/gelap setiap situasi
11. Withdrawn
Sering lama-lama menyendiri/menarik diri/mengasingkan diri
12. Too sensitive
Terlalu introspektif/ingin dipahami, mudah tersinggung kalau disalahpahami
13. Depressed
Hampir sepanjang waktu merasa tertekan
14. Introvert
Pemikiran & perhatiannya ditujukan ke dalam, hidup di dalam diri sendiri
15. Moody
Semangatnya sering merosot drastis, apalagi kalo merasa tidak dihargai
16. Skeptical
Tidak mudah percaya, mempertanyakan motif di balik kata-kata
17. Loner
Memerlukan banyak waktu pribadi, cenderung menghindari orang lain
18. Suspicious
Suka curiga/tidak percaya kata-kata orang lain
19. Revengeful
Sadar/tidak sadar sering menahan perasaan, menyimpan dendam, ingin membalas
20. Critical
Suka mengevaluasi/menilai/berpikir/mengkritik secara negatif


 

TUGAS MAKALAH

HUKUM DAN PERATURAN KEMARITIMAN


 


 

KONTRAK PEMBUATAN DAN PERBAIKAN KAPAL


 


 


 


 


 

OLEH

ANDHI SAPUTRA

0404080099


 


 


 


 


 

PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK, 2007


 


 


 


 


 

KATA PENGANTAR


 


 

    Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami ini.

    Adapun makalah kami ini membahas menngenai kontrak pembuatan dan perbaikan kapal. Makalah ini kami kerjakan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Hukum dan Peraturan Kemaritiman. Besar harapan kami agar nantinya makalah ini dapat berguna bagi para pembaca umumnya dan bagi kami mahasiswa teknik perkapalan Universitas Indonesia khhususnya.

Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun bagi kesempurnaan makalah kami kedepannya.

Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian makalah kami ini.


 


 


 

Depok, Desember 2007


 


 


 

                     penulis


 


 

Pada tanggal 9 November 2007, bertempat di Jakarta yang bertanda tangan dibawah ini masing-masing:


 

PT. Putra Samudera Shipping


 

Dan


 

PT. Saputra Perkasa Shipyard


 


 


 

1.    Nama        : A.Saputra

    Jabatan        : General Manager PT. Putra Samudera Shipping

    Alamat        : Jl Mudik No 13 Jakarta 012345


 


 

Bertindak atas nama PT. Putra Samudera Shipping untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.


 


 

2.    Nama        : Andhi.S

Jabatan        : Direktur Marketing PT. Saputra Perkasa Shipyard

    Alamat        : Jl. Bitung No 4 Batam 54321


 

Bertindak atas nama PT. Saputra Perkasa Shipyard untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.


 


 

Kedua belah pihak telah sepakat untuk perjanjian kontrak pembangunan kapal Tanker dengan kapasitas 50000 DWT (selanjutnya disebut "perjanjian") dengan kesepakatan sebagai berikut.


 


 


 


 

PASAL 1

Maksud Dan Tujuan


 

  1. PIHAK PERTAMA setuju untuk menyerahkan jasa pembangunan kapal bulk carrier kepada PIHAK KEDUA tersebut (untuk selanjutnya disebut "jasa borongan") sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam perjanjian ini.
  2. Pekerjaan jasa borongan yang dimaksudkan adalah pelaksanaan pembangunan konstruksi satu unit Kapal Tanker 50000 DWT dengan dasar sebagai berikut :

    a. Lampiran 1    : Spesifikasi dan General Arrangement.

    b. Lampiran 2    : Surat menyurat antara kedua belah pihak

    yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.

  3. Pekerjaan jasa borongan dilakukan di galangan PIHAK KEDUA. PT. Saputra Perkasa Shipyard,Batam.


 

PASAL 2

DESKRIPSI, KLASIFIKASI DAN DISAIN


 

  1. Deskripsi Kapal Tanker :

    Adalah satu unit Kapal Tanker dengan kapasitas 50000 DWT dengan ketentuan umum sebagaimana dijelaskan dalam spesefikasi antara lain :


     

    - Length over all        : 200 m

    - Breadth            : 32 m

    - Height            : 16 m


     

  2. Klasifikasi

        Klasifikasi Kapal Tanker menggunakan BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) dengan seluruh biaya administrasi dan sertifikasi yang akan ditanggung PIHAK PERTAMA.


     

  3. Desain :

    Desain ,working drawing dan spesifikasi akan di supply oleh PIHAK PERTAMA atas biaya dan tanggung jawab PIHAK PERRTAMA, termasuk mendapatkan approval dari klas serta pengurusan surat-surat lainnya.


     


     


     


     

    PASAL 3

    PENGADAAN MATERIAL DAN KOMPONEN


 

Dalam pelaksanaan jasa borongan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA, maka PIHAK PERTAMA atas biaya dan tanggung jawab sendiri akan menyediakan seluruh kebutuhan material dan komponen Kapal Tanker sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.


 

  1. PIHAK PERTAMA wajib menyediakan serta menyerahkan kepada PIHAK KEDUA material dan komponen yang diperlukan dengan ketentuan sebagai berikut:
  2. Semua material pokok diserahkan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA di galangan PIHAK KEDUA selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender setelah penandatanganan perjanjian ini yang dibuktikan dengan berita acara serah terima.
  3. Komponen-konponen lain yang masih kurang, diserahkan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari dari tanggal penandatangan perjanjian yang dibuktikan dengan berita acara serah terima.
  4. Dalam hal terjadi keterlambatan penyerahan material dan komponen oleh PEHAK PERTAMA sehingga mengganggu pelaksanaan kerja PIHAK KEDUA, maka jangka waktu penyelesaian pekerjaan jasa borongan harus diperpanjang sedemikian rupa dengan lamanya keterlambatan.
  5. PIHAK KEDUA dalam hal ini hanya menyediakan consumable ( electrode welding, electrode gauging, LPG, Oxygen, Disc ginder) serta alat-alat kerja.


     

    PASAL 4

    HARGA JASA BORONGAN


     

    1. Harga jasa borongan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA yang telah disepakati oleh kedua belah pihak adalah sebesar Rp. 100.100.000.000,- (seratus miliar seratus juta rupiah) termasuk PPn dan PPh.
    2. Harga jasa borongan ini dapat berubah jika terdapat perubahan spesifikasi atau terdapat pekerjaan tambahan atau terjadi kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi/ moneter atau terjadi kenaikan harga-harga untuk consumable melebihi 10 % dari harga saat PIHAK KEDUA memberikan persetujuan untuk menerima pekerjaan PIHAK PERTAMA. Apabila terjadi hal-hal sebagaimana diatas, maka harga jasa borongan akan disesuaikan dan akan diatur lebih lanjut.
    3. Pungutan dan pajak-pajak (PPn dan PPh) menjadi beban pihak kedua kepada instansi yang berwenansesuai aturan perundangan yang berlaku.


     


     


     


     

    PASAL 5

    KETENTUAN PEMBAYARAN


     

    Pembayaran harga jasa borongan akan dilakukan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dengan cara transfer kepada rekening PT. Saputra Perkasa Shipyard pada bank BNI cabang Benda Timur, Surabaya.NO REK : 0006127687 dengan ketentuan sebagai berikut.


     

  6. Pembayaran pertama sebesar 50 % (lima puluh persen) dari harga jasa borongan atau sebesar Rp.50.050.000.000,- dibayarkan oleh PIHAK PERTAMA KEPADA PIHAK KEDUA pada saat penandatanganan perjanjian ini
  7. Pembayaran kedua sebesar 50 % (lima pu;uh persen) dari harga borongan atau sebesar Rp 50.050.000.000,- akan dibayarkan PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah serah terima kapal.


     


     


     


     

    PASAL 6

    JANGKA WAKTU


     

  8. PIHAK KEDUA akan menyelesaiakan peekerjaan jasa borongan selama 120 hari terhitung sejak efektif perjanjian. Efektif pengerjaan akan dibuktikan dengan berita acara yang akan ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
  9. jangka waktu dapat diperpanjang dengan alas an tertulis oleh PIHAK KEDUA, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum jangka waktu berakhir dengan mengemukakan alas an yang dapat diterima oleh leh PIHAK PERTAMA.
  10. tempat penyerahan berada di galangan PIHAK KEDUA Jl. Bitung No 4 Batam 54321
  11. biaya peluncuran, inspection survey, sea trial dan testing, transport and handling fee adalah beban PIHAK PERTAMA.


     

    PASAL 7

    DENDA SANKSI


     

  12. PIHAK KEDUA tidak akan dikenankan denda jika penyelesaian pemborongan tidak lebih dari 14 hari dari jangkawaktu yang telah ditetapkan. Tetapi jika melewati 14 hari dari batas jangka waktu borongan, PIHAK PERTAMA akan dikenakan denda sebesar 0,1 % (nol koma satu persen ) perhari dari harga borongan dengan maksim 2,5 % (dua koma lima persen) dari harga jasa borongan.
  13. PIHAK PERTAMA diwajibkan membayar denda bila terlambat mengirimkan material yang diperlukan oleh PIHAK KEDUA. Denda yang dikenakan sebesar 0,1% ( nol koma satu persen) dari harga borongan.


 


 


 


 

PASAL 8

PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN


 

  1. PIHAK PERTAMA atas biaya sendiri akan menunjuk wakilnya secara tertulis untuk memeriksa pembangunan kapal dan mempunyai wewenang atas nama PIHAK PERTAMA
  2. Sebelum kapal diserahkan akan dilakukan pemeriksaan oleh pengawas PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA. Hasil pemeriksaan akan dibuat berita acara.
  3. Apabila terjadi perbedaan dalam masalah teknis antara pihak pengawas PIHAK PERTAMA dengan pihak kedua, akan siselesaikan dengan konsultasi pada pihak klasifikasi yang hasilnya harus diterima oleh kedua belah pihak.
  4. Pengawas PIHAK PERTAMA wajib menaati peraturan di galangan PIHAK KEDUA dan tidak bertanggung jawab atas resiko kerja di galangan PIHAK KEDUA.


 


 


 

PASAL 9

MODIFIKASI


 

  1. Pergantian spesifikasi pada pembangunan adalah wajar atas permintaan PIHAK PERTAMA dan akan dilaksanakan PIHAK kedua setelah PIHAK PERTAMA menyetujui koreksi harga dan waktu pengerjaan.


 


 


 


 

PASAL 10

FORCE MAJEURE


 

        Apabila terjadi keterlambatan atau kegagalan proses produksi oleh salah satu atau semua pihak seperti yang tercantum dalam perjanjian ini disebabkan oleh tindakan atau kejadian yang diluar kemampuan para pihak ( out of control of the parties) seperti kebakaran, banjir, gempa bumi, tsunami, krisis moneter, peperangan dan hal-hal lain sebagainya yang dianggap force majeure maka kelambatan atau kegagalan tersebut tidak boleh dianggap sebagai kegagalan pada pihak yang bersangkutan dan tidak ada petanggung jawaban yang dibebankan kepada salah satu pihak, melainkan dilindungi dan tidak akan mengakibatkan tuntutan.


 

        Sehubungan dengan force majeur maka pihak yang bersangkutan atau mengalami kesulitan akibat force majeur harus memberikan berita tertulis kepada pihak lain dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak hari terakhir keadaaan. Sehubungan dengan hal tersebut maka kedua belah pihak akan mengadakan perundingan untuk mencari solusi dan nantinya akan dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.


 


 


 

PASAL 11

MASA PEMELIHARAAN


 

  1. Masa pemeliharaan oleh PIHAK KEDUA ditetapkan selama 3 (tiga) bulan sejak penandatanganan serah terima Kapal Tanker.
  2. Pemeliharaan terbatas pada kekurangan / ketidaksempurnaan pekerjaan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA. PIHAK HEDUA akan segera melakukan pembenahan segera setelah adanya berita tertulis oleh PIHAK PERTAMA.
  3. Pemeliharaan tidak berlaku oleh kesalahan penggunaan kapal oleh PIHAK PERTAMA dan penanganan oleh pihak lain membatalkan pemeliharaan yang telah disetujui.
  4. PIHAK KEDUA mempunyai hak untuk menguji klaim PIHAK PERTAMA atas kekurangan yang diberitakan.


 


 


 


 

PASAL 12

ASURANSI


 

Selama pembangunan sampai dengan serah terima, PIHAK PERTAMA dengan biaya sendiri harus mengasuransikan Kapal Tanker serta semua komponennya pada perusahaan asuransi.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

PASAL13

HUKUM DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN


 

  1. Surat ini dibuat berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia.
  2. Semua bentuk perselisihan yang terjadi akan diselesaikan secara kekeluargaan.
  3. Jika secara kekeluargaan belum tercapai kesepakatan, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menyelesaikan permasalahannya pada nstansi hukum di Surabaya.


 

Demikian perjanjian ini dibuat rangkap dan ditanda tangani dalam rangkap 2 (dua) bermaterai cukup. Satu rangkap untuk PIHAK PERTAMA dan satu rangkap untuk PIHAK KEDUA yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.


 


 


 


 


 

PIHAK PERTAMA                     PIHAK KEDUA

PT. Putra Samudera Shipping PT. Saputra Perkasa Shipyard


 


 


 


 


 


A.SAPUTRA
ANDHI.S    

General Manager                         Direktur Marketing


 


 

  1. PENGERTIAN WAYANG

I.1 Asal-Usul Kata Wayang

    Kata wayang (bahasa Jawa), bervariasi dengan kata bayang, yang berarti bayangan; seperti halnya kata watu dan batu, yang berarti batu dan kata wuri dan buri, yang berarti belakang. Bunyi b dilambangkan dangan huruf b dan w pada kata yang pertama dengan yang kedua tidak mengakibatkan perubahan makna pada kedua kata tersebut. G.A.J. Hazeu mengatakan bahwa wayang dalam bahasa/kata Jawa berarti: bayangan , dalam bahasa melayu artinya: bayang-bayang, yang artinya bayangan, samar-samar, menerawang. Bahasa Bikol menurut keterangan Profesor Kern, bayang, barang atau menerawang. Semua itu berasal dari akar kata "yang" yang berganti-ganti suara yung, yong, seperti dalam kata: laying (nglayang)=yang, dhoyong=yong, reyong=yong, reyong-reyong, atau reyang-reyong yang berarti selalu berpindah tempat sambil membawa sesuatu, poyang-payingen, ruwet dari kata asal: poyang, akar kata yang. Menurut hasil perbandingan dari arti kata yang akar katanya berasal dari yang dan sebagainya tadi, maka jelas bahwa arti dari akar kata: yang, yung, yong ialah bergerak berkali-kali, tidak tetap, melayang,

    Pengertian bayang-bayang/bayangan yang lain untuk menerangkan kata dan makna wayang itu dalam bahasa Jawa yang disebut sebagai ayang-ayang. Misalnya seseorang yang sedang berdiri atau duduk di suatu tempat, kemudian ia diterpa cahaya matahari yang mengenai badan orang itu, maka orang itu menghasilkan bayangan. Bayangan inilah yang kemudian oleh orang Jawa sering dinamakan ayang-ayang. Tentu saja panjang-pendeknya ayang-ayang tersebut sangat bergantung pada sudut posisi matahari. Apabila matahari dalam posisi rendah, maka bayangan orang itu menjadi panjang, dan apabila sudut matahari tinggi, bayangan semakin pendek.

    Terdapat pula kata yang berhubungan dengan kata ayang, yaitu ngayang. Ngayang (Bahasa Jawa), artinya seseorang dalam keadaan melengkungkan badannya kebekakang dengan posisi kepala meilhat kebelakang; atau hanya sampai pada melihat dan memeperhatikan langit, angkasa atau 'atas'. Sehingga apabila dikaitkan dengan pengertian wayang dalam konteks hyang, yang berarti roh melayang-layang di angkasa atau keatas, maka kata ngayang tersebut ada relevansinya. Hanya saja kata ngayang biasanya dipergunakan dalam konteks permainan maupun olah raga (permainan tersebut dinamakan brok atau sawah-sawahan; suatu permainan anak-anak di Jawa yang sangat populer dengan mempergunakan pecahan genteng sebagai gacuk (alat yang dilemparkan oleh si pemain); sedangkan dalam olah raga biasanya salah satu gerakan senam).

    Pengertian-pengertian wayang di atas lebih beroriantasi pada seni pertunjukan yang memperhatikan/menekankan pada efek yang dihasilkan pada suatu boneka atau sejenisnya setelah benda tersebut dikenal/disorot dengan cahaya yang datangnya dari sebuah lampu (blencong), yang kemudian menghasilkan suatu bayangan. Dari bayangan yang dihasilkan itu kemudian ditangkap oleh sekat, layar(kelir), yang akhirnya menghasilkan bayangan lagi di bagian belakang layer (dibalik kelir). Bila demikian maka terdapat dua bagian bayangan; yang pertama, bayangan di depan layer terjadi apabila boneka tersebut digerakkan menjauhi layer dan mendekati blencong, maka bayangan akan membesar baik didepan atau di belakang layer.

  1. SEJARAH WAYANG

II.1. Wayang dalam karya sastra

    Wayang dalam bentuk karya tertulis banyak jumlahnya. Apabila ditelusuri secara diakronis, maka cerita dengan lakon wayang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan karya sastra wayang itu sendiri. Tokoh wayang yang sekarang dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama Jawa, tidak terpisahkan dari epos tanah Hindu(India), terutama Ramayana dan Mahabharata dan perbedaannya dengan yang terdapat di Indonesia, namun ditinjau dari persamaan nama tokoh, maka hal itu tidak dapat dipisahkan (kerangka pemikiran histories), meskipun mengalami sedikit perubahan (transformasi budaya).

    Lakon-lakon yang dipentaskan di dalam pertunjukkan wayang tidak secara langsung mengambil dari cerita-cerita yang bersumber dari India (berbahasa Sansekerta) maupun Jawa Kuno, tetapi menyajikan lakon-lakon wayang yang sudah diciptakan dan digubah oleh para pujangga (sastrawan) Jawa pada 'jaman Jawa baru', seperti kitab Pustaka Raja Purwa (gagrag Surakarta) dan Serat Kandaning Ringgit Purwa (gagrag Yogyakarta). Paling tidak dari dua sumber tersebut lakon-lakon wayang kemudian diciptakan tersebut dapat dibentuk dalam dua lakon besar, yaitu lakon pokok/baku/lajer/pakem dan lakon carangan. Lakon Pakem yaitu lakon yang sudah dibukukan (serat pakem tuntungan pedalangan), sudah diturunkan selama lebih dari dua generasi dan sudah banyak dipentaskan oleh banyak dalang lakon carangan (carang=ranting); ibarat pohon merupakan cabang-cabang dari pohon inti (batang); yaitu lakon yang belum dibukukan, belum diturunkan lebih dari dua generasi dan belum dipentaskan oleh banyak dalang. Adapun pengertian lakon pakem terbagi menjadi dua bagian, yaitu: lakon pakem belungan dan lakon paken jangkep. Lakon balungan ialah lakon yang memuat pokok/inti cerita dan mengandung urutan pengadegan. Sedangkan lakon pakem jangkep yaitu lakon yang memuat seluruh/hamper seluruh unsure-unsur didalam pertunjukan wayang, yang biasanya erat menggunakan judul serat pakem tuntunan pedhalangan (sedalu muput). Ki Siswoharsojo menuolis beberapa lakon wayang yang dijadikan patokan (lakon pakem) oleh para calon dalang maupun para dalang, antara lain: Wahyu Makutharama dan Wahyu Purbasejati; Ki Nojowirongko menggubah buku akem pedalangan Lempahan Irawan Rabi/pernikahan Irawan (berisi mengenai patokan mendalang dan lakon pernikahan Irawan itu sendiri). Sedangkan untuk lakon balungan sebagi contoh yaitu: Pakem Ringgit Purwo Lampahan Laripun Romo – Brubuh Ngalangka, yang disusun oleh Ki S. Soetarsa. Lakon carangan yang pernah dipentaskan oleh beberapa dalang yaitu Petruk Kelangan Pathel dan Bagong Sunat.

    Wayang yang termuat di dalam suatu karya sastra dapat pula sebagai sumber informasi mengenai pertunjukkan wayang (permainan bayang-bayang), bukan mengenai cerita atau lakon wayang itu sendiri. Sebagai contoh: di dalam Arjunawiwaha Kakawin karya Empu Kanwa, pada jaman Airlangga di Jawa Timur (950 Saka=IX sesudah Masehi), masa kediri, disebutkan mengenai seseorang menonton wayang menangis sedih, bodoh sekali ia, padahal sudah tahu yang disaksikan itu adalah kulit yang ditatah, kata orang ia terkena gaya gaib.


 

II.2 Wayang dalam prasasti dan relief candi

    Pada masa purba Indonesia, informasi mengenai suatu berita dapat ditulis pada prasasti. Prasasti dapat berupa tonggak batu maupun lempengan tembaga. Sebagai contoh: prasasti Mulawarman dari Kutei, bertulisan Pallawa sekitar tahun 400M, berbentuk yupa (sebuah tugu peringatan upacara kurban), berbahasa Sansekerta dan tersusun dalam bentuk syair. (Soekmono, 1991:53). Prasasti dapat dipandang sebagai benda yang bernilai sejarah. Dari prasasti itu dapat ditelusuri keterangan-keterangan mengenai suatu berita atau cerita pada masa lampau. Dari prasasti itu pula dapat dideteksi mengenai latar belakang/orientasi pemikiran masyarakat pada waktu itu. Sebagai contoh adanya pemikiran religius Jawa Kuna, yang salah satunya dalah menyembah dan menganggungkan dewa-dewa, seperti kepada dewa Wisnu, Brahma, dan Siwa.

    Beberapa prasasti telah membuktikan bahwa pertunjukkan wayang telah ada pada jaman kuna. Misalnya empat lempengan tembaga yang di temukan di Bali. Lempengan ini berangka tahun 980 Saka (1058 M) dan isinya telah disalain oleh Van Der Tuuk dan Dr. Brandes. Lempengan ini menyebutkan kata ringgit. Kata ringgit hingga saat ini masih dipergunakan sebagai sinonim dari kata wayang. Dengan demikian penggunaan kata ringgit untuk pengertian wayang telah sangat tua. Lebih lanjut Hazeu mengatakan lempengan berangka tahun 782 Saka yang diterbitkan dan di terangkan oleh Prof. Kern terdapat istilah juru barata. Istilah tersebut berarti orang yagn memainkan teater atau lelucon atau dalang. (1979: 45). Kecuali itu did ala mlempengan yang memuat kata kawi yang diterbitkan oleh Cohen Stuart, dibicarakan tentang juru banyol dan aringgit, abanyol. Lempenan ini berangka 762 Saka, meskipun didalam prasasti (lempengan logam) berulang kali disebutkan kata ringgit namun dengan menyebutkan secara berdiri sendiri, kirany sulit untk membuat kesimpulan, sementara itu sejak abad IX setelah masehi, sekalipun dalam keadaan yang sangat kuna, di Jawa sudah ada pertunjukkan teater bayang-bayang tersebut diduga merupakan asal pertunjukkan wayang yang kita kenal sekarang.

    Keterangan mengenai wayang juga ditemukan pada relief candi; berupa gambar atau visualisasi tokoh-tokoh wayang yang dipahat pada dinding-dingdingnya. Apabila kita beranggapan bahwa wayang berasala dari gambar-gamabr relief candi, maka dugaan yang dikemukakan adanya usaha orang jaman dulu untuk mengutip gambar pada relief tersebut agar dapat digulung, dan dapat dibawa kemana-mana sehingga dapat dipentaskan atau dipergelarkan. Dugaan tersebut terbukti dengan banyaknya candi yang memuat cerita wayang, misalnya: relief di Candi Prambanan, candi Jago, candi Panatara. Pada candi-candi tersebut didapatkan stilisasi tokoh-tokoh dalam relief yang tidak serupa dengan wayang kulit Purwa (Jawa) tetapi mirip dengan adanya wayang dari kertas yang dapat digulung dan digelar, terkenal dengan nama wayang beber yang masih tumbuh dan berkembang didaerah Wonosari, Yogyakarta dan Pacitan di Jawa Timur. Sesuai dengan evolusi bentuk stilisasi yang mengilhaminya, maka seyogyanya yang diambil sebagai pola ialah perkembangan terakhir. Disamping itu pada candi Panataran terdapat dua gaya relief, yaitu gaya yang dekat dengan berntuk-bentuk alam, seperti yang terdapat pada cerita Kresnayana dan gaya dekoratif mirip wayang yang terdapat pada panil-panil relief Ramayana. Dengan demikian nampak bahwa tidak benar suatu anggapan yang memandang gaya realistic pada relief candi Panataran kemudian berangsur-angsur berubah menjadi dekoratif seperti yang terdapat pada candi-candi di Jawa Timur yang lebih tua usianya. Kemudian pada candi Jago, terdapat tradisi untuk membatasi adegan-adegan dala mrelief dengan menggunakan gunungan-gunungan atau kayon seperti yang terdapat pada pertunjukan wayang kulit. Ini rupa-rupanya terpengaruh pekeliran wayang kulit yang selalu mengawali dan mengakhiri adegan-adegannya dengan cara menancapkan gunungan di tengah layer. Tanpa pengaruh ini kiranya mustahil orang sampiai pada pemilihan gunungan atau kayon sebagai pembatas adegan dalam relief candi. Misalnya di candi Surawana, pembatas adegannya ialah motif ikal bersambung yang dibuat menegak memenuhi seluruh tinggi relief. Dengan demikian maka keteragnan tentang wayang pun dapat ditemukan pada prasasti dan relief candi, disamping keterangan mengenai wayang di dalam karya sastra.


 

II.3 Jenis-jenis wayang di Indonesia

    Wayang yang tersebar di seluruh Indonesia terdiri dari berbagai bentuk dan jenisnya. Bentuk dan jenis wayang tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu berdasarkan: 1. Sumber ceritanya; 2. Bahan boneka atau sejenisnya; 3. Wilayah kebudayaan(asal dan penyebarannya); 4. Bunyi (musik) instrument yang terdengar; Bentuk pertunjukannya; 6. Fungsinya; dan 7. Bunyi benturan boneka wayang. Pengklasifikasian ini cenderung berorientasi pada masalah penamaan atau penyebutan wayang. L. Surruer telah mengadakan angket penelitian tentang jenis-jenis wayang yang ada di pulau Jawa seperti yang disunting oleh Padam Guritno; hasil penelitian itu diterbitkan berupa buku yang berjudul De Wayang Poerwa; buku ini memuat jenis-jenis wayang yang dikenal di pulau Jawa, diantaranya: wayang beber, gedhog, golek, jemblung, klithik, krucil, langendria, lilingong, lumping, madya, pegon, purwa, purwara, sasak, topeng, dan wayang wong. Namun rupa-rupanya penelitian ini belum mencakup semua jenis dan bentuk wayang di Indonesia, sehingga perlu dilengkapi dan dikembangkan.

    Perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh terhadap perkembangan perwayangan dan pedalangan di Indonesia. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi itu para seniman dalang dapat menciptakan jenis-jenis wayang baru sesuai dengan keinginannya. Seiring dengan hal itu maka pemikiran masyarakat seniman, dalam hal ini para dalang juga turut berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan wayang yang dikaitkan pada penciptaan karya seni berorientasi pada boneka wayang, pertunjukan wayang dan sastra wayang.


 

II.4 Pendukung dan perlengkapan pertunjukan wayang

    Pendukung seni pertunjukan seni wayang ini terdiri paling tidak empat unsur, yaitu dalang, nayaga, pesinden, wiraswara. Sedangakan perlengkapan seni pertunjukan wayang dapat terdiri dari wayang, kelir, blencong, dobog, kotak wayng, cempala, kepyak dan gamelan.


 

1. Dalang

    Dalang dapat dikatakan sebagai seniman utama dalam pertunjukan wayang. Ia sebagai pemimpin pertunjukan (leading artist), sehingga ia dapat sebagai pusata perhatian penonton dalam memeinkan wayang. Pada umunya dalang adalah pria, karena pekerjaan sebagai dalang memang amat berat. Dalang dalam wayang harus duduk bersila semalam suntuk, melaksanakan pertunjukan tersebut (yang dimainkannya), dan juga memimpin lain-lain seniman-seniwati yang duduk dibelakangnya dengan aba-aba tersamar, berupa wangsalan atau petunjuk sastra yang diselipkan dalam cariyos atau narasinya, berupa gerak-gerik wayang. Nyanyian, dedogan, dan kepyakan. Secara tradisional ada beberapa kelas dalang, yaitu: 1. mereka yang beru dapat mendalang; 2. yang sudah pandai mendalang; 3. yang telah menguasai semua isi pendalangan; 4. yang telah menguasai semua isi perdalangan; 5. dalang sejati yang disamping telah menguasai semua isi pedalangan juga dapat memberi suri tauladan kepada masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, seorang yang arif, bijaksana dan patut dihormati.


 


 


 


 


 

2. Nayaga

    Adalah sebutan bagi para penabuh gamelan. Untuk mengiring pertunjukan wayang kulit purwa, nayaga itu sedikitnya sepuluh orang untuk memainkan sedikitnya lima belas peralatan gamelan. Nayaga biasanya pria. Yang menduduki tempat terpenting untuk mengiringi pertunjukan wayang adalah penabuh kendang, karea biasanya ialah yang menangkap isyarat atau perintah dari dalang, dan meneruskannya pada nayaga lain, terutama untuk melirihkan atau mengeraskan bunyi gamelan, mempercepat atau memperlambat irama gending, memulai dan menghentikannya. Dikalangan karawitan Jawa kini dikenal juga nama lain bagi para nayaga yaitu pradangga, nama yang kita tahu baru diperkenalkan sevcara luas setelah negara kita merdeka, meskipun istilah itu sudah lama dikenal. Disamoing menabuh gamelan, para nayaga itu juga kadang-kadang menyanyi dalam paduan suara pria yang dinamakan gerong.

3. Swarawati

Pesinden atau penyanyi wanita sudah lama dikenal dikalangan seni di pulau Jawa. Namun sebagai seniwati yang mengiringi pagelaran wayang purwa, mereka baru dikenal sekitar dasawarsa tiga puluhan abad ini, sehingga mulai masa itu setiap pagelaran wayang purwa ada pesindennya. Dan dianggap tidak wajar apabila pesindennya tidak ada. Jika para nayaga dinamakan pradangga, maka para pesinden pun mendapat nama-nama baru yaitu waranggana, widuwati atau swarawati.

4. Wiraswara

    Wiraswara ialah seorang atau beberapa orang laki-laki yang mempunyai peran melantunkan syair tertentu untuk mengisi jalannya alunan gending. Pengertian wiraswar yaitu, wira = perwira (berani/sakti/ampuh), swara = suara, jadi yang dimaksudkan wairaswara ialah orang atau beberapa orang yang mempunyai "kesaktian" dalam hal tarik suara. Dalam pertunjukan wayang posisi wiaraswara biasanya dibelakang atau sejajar dengan swarawati.


 


 


 


 


 

5. Wayang

    Satu kotak wayang kulit purwa berisi sekitar 200 buah boneka atau wayang yang terbuat dari belulang atau kulit kerbau, dan dapat juga terbuat dari kulit lembu (namun ini kurang baik). Bagi para penggemar wayang berbeda, jumlah wayang-wayangnya dapat berlipat dua atau lebih jumlah tersebut. Menurut buku-buku, koleksi wayang kulit yang lengkap jumlanhya sekitar empat ratus buah.

6. Gamelan

    Alat musik tradisional ini kebanyakan adalah instrument pukul yang kebanyakan terbuat dari perunggu yang berkualitas baik atau juga dari besi. Berbagai jenis gamelan yang saat ini digunakan untuk mengiringi pagelaran wayang adalah kendang (besar,sedang, kecil atau ketipung), rebab (instrument gesek atau cordophone), gender (dapat dua buah) demung (semacam gender besar), gambang (instrument pukul dari kayu), suling (satu-satunya instrument tiup), siter (cordophone), kempyang atau kemong (tergantung laras gamelannya), kethuk, kempul, saron (dua buah), saron kecil (peking), saron besar (slenthem), boning (dapat dua buah) dan gong.

7. Kelir

Yang dimaksud dengan panggung dimuka adalah bagian kelir atau layer di depan dalang yang lebarnya sekitar 160 cm. kelir itu dibuat dari kain katun berwarna putih. Pinggiran bagian atas dinamakan pelangitan yang menunjukan langit atau angkasa, dengan lebar layar yang lebih, demikian pula bagian pinggir kiri dan kanan yang fungsinya sebagai hiasan.

8. Blencong

    Adalah nama lampu minya kelapayang digunakan dalam pertunjukan wayang kulit purwa. Lampu ini terbuat dari logam atau perunggu, biasanya bentuknya menyerupai burung dengan ekornya berfungsi sebgai reflector. Sebagai sumbu lampu minyak itu dinamakan lawe, yaitu benang-benang kapas yang keluar dari paruh burung yang menyerupai garuda.


 


 


 


 


 

9. Debog

    Untuk pertunjukan wayang purwa biasanya diperlukan tiga batang pisang yang cukup panjang, dari jenis pisang yang padat batangnya. Dhebog atas merupakan bagian pentas untuk menancapkan tokoh-tokoh wayang yang berstatus tinggi. Dhebog atas disebut pamedan sedang dhebog bawah disebut paseban. Adapun status yang menentukan apakah seorang tokoh wayang berdiri atau duduk (dari sisi bayangan) adalah berdasarkan pangkat, usia atau kedudukannya dalam keluarga.

10. Kothak

    Adalah peti wayang yang terbuat dari kayu, namun kayu yang terbaik adalah dari kayu nangka, ukuran biasanya panjang 150 cm, lebar 75 cm, dan tinggi termasuk tutupnya 55 cm, sedang tebal papan kayu yang digunakan untuk membuat kothak itu kira-kira 2 cm. pada waktu pertunjukan kothak itu ditempatkan di sebalah kiri dalang, membujur kearah kelir.

11. Cempala

    Dua buah cempala digunakan dalam pertunjukan wayang purwa. Cempala besar dubuat dari kayu jenis keras, biasanya kayu jait, cempala besar ini biasanya dipegang tangan kiri dalangdan diketuk-ketukan pada bagian dalam kotak yang dekat padanya dimana perlu. Cempala kecil terbuat dari logam berukuran separuh cempala besar. Dalam pertunjukan , cempala ini dijepit empujari kaki kanan dalang dan jari kaki sebelahnya.

12. Kepyak

    Alat yang disebut kepyak (Surakarta-Yogyakarta) atau kecrek (Banyumas) itu bentuk dan bahan-bahan pembuatannya dapat berbeda-beda, meskipun fungsinya sama, yaitu mirip dengan cempala.

TUGAS SMALL CRAFT DESIGN


 

PERAHU WISATA KATAMARAN


 


 


 


 


 


 

DISUSUN OLEH


 

ANDHI SAPUTRA     0404080099


 


 

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

UNIVERSITAS INDONESIA


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB I

PENDAHULUAN


 

  1. LATAR BELAKANG


 

Perkembanga kebutuhan untuk rekreasi di jakarta pada saat ini cenderung meningkat,dikarenakan aktivitas sehari-hari yang penuh tekanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari,selain itu pula dengan dibangunnya banjir kanal dijakarta maka akan terdapat tempat wisata yang bisa dikunjungi khususnya wisata air.

Dalam sebuah wisata air untuk memaksimalkan penggunaan tempat wisata tersebut maka kita dapat menggunakan sebuah prasarana agar kita dapat menikmati wisata tersebut,oleh karena itu penggunaan kapal kecil dalam wisata ini maka dapat memaksimalkan potensi wisata air ini.

Penggunaan kapal kecil ini merupakan jenis kapal yang dapat digunakan untuk tujuan wisata yang dapat dilakukan untuk satu orang hingga dua orang. Dari segi desain kapa kecil ini memiliki desain yang beragam dan tidak menutup desain-desain yang lebih menarik khususnya untuk desain bagian kapal yang diatas permukaan air,hal ini dikarenakan pembangunan kapal kecil ini sangat ditentukan oleh keingina,faktor ekonomis dan juga kemudahan dalam pengoperasiannya. Hal ini menyebabkan pembangunan kapal kecil ini sangat banyak dilakukan oleh para penyedia alat wisata air.

Namun dalam makalah ini penulis mencoba menawarkan sebuah desain kapal kecil yang digunakan untuk wisata air yang cukup menarik karena menggunakan jenis katamaran namun tetap menjaga keseimbangan dalam batasan-batasan yang diberikan dalam ilmu arsitektur kapal.

Kapal ini juga dibuat sehingga dapat menawarkan kenyamanan bagi penggunanya sehingga pengguna kapal ini dapat menghabiskan waktunya dengan santai bersama teman maupun pasangannya selepas aktifitas dan kesibukannya.


 

1.2.
PEMBATASAN TUGAS

Perancangan desain kapal wisata air ini termasuk dalam jenis kapal kecil (small craft) hanya dibatasi pada perhitungan perancangan yang terdiri dari:

1.Analisa kebutuhan

2.Estimasi ukuran utama,displacement dan koefisien-koefisien kapal.

3.Sketsa linesplan

5.Sketsa GA

6.Pemodelan 3dimensi


 

  1. METODE PENELITIAN

    Dalam mendesain kapal wisata air ini penulis menggunakan perangkat lunak komputer dan juga dibandingkan dengan kepal wisata air yang telah ada yang kemudian dibandingkan dan dianalisa dengan metode perhitungan kapal yang telah dipelajari.


     


     


     

    BAB II

    PERANCANGAN KAPAL KECIL


     

    2.1 ANALISA KEBUTUHAN

    Analisa kebutuhan merupakan data-data spesifikasi kapal yang diinginkan dalam penggunaannya yang nantinya menjadi dasar dari pembuatan dan perancangan kapal tersebut.

    Dalam pembuatan kapal kecil yang sederhana ini biasanya data spesifikasi kapal tidak serumit dalam pembangunan kapal requiretment sebab tidak terlalu memperhatikan aspek dan ketentuan desain kapal standard.

    Dalam menentukan data kapal tersebut owner juga mendiskusikan dengan pihak pendesain kapal sehingga dapat mencocokan antara kebutuhan dengan ketentuan desain


     

    2.2 FUNGSI DESAIN DAN DESKRIPSI DESAIN

    Sesuai dengan keinginan owner yaitu bahwa kapal tersebut akan digunakan untuk bersantai di perairan maupun didalam danau sehingga dapat dipergunakan untuk aktifitas-aktifitas seperti bersantai maupun hanya sekedar melihat-lihat.


     

    2.3 ASPEK PERANCANGAN

    Dalam merancang kapal kecil ini maka perlu diperhatikan beberapa aspek-aspek penting seperti:

    1.Analisa kebutuhan.

    2.Metode desain

    3.Estetika.

    Untuk itu dalam menentukan estimasi ukuran utama kapalmaka penulis menggunakan perhitungan menggunakan piranti lunak komputer.


     

    2.4 ESTIMASI UKURAN UTAMA


     

  • Lpp= 3 m
  • B = 2 m
  • D = 0.5 m
  • H = 0.75 m


 

Dan kemudian dilakukan perhitungan data kapal dan koefisien kapal menggunakan program Maxurf maka didapatkan koefisien data kapal sebagai berikut ini.

  • Koefisien blok

Cb=0.3292

  • Koefisien prismatik

Cp = 0.799

  • Koefisien midship

Cm = 0.447

  • Displacement = 876.92 kg
  • Panjang water line = 28.22 m
  • LCB = 56.27%
  • LCF = 0.51m


     

Dimana:

1.Koefisien blok merupakan koefisien bentuk kapal (volume kapal) terhadap suatu ruang balok yang melingkupi kapal tersebut.

2.Koefisien midship adalah perbandingan luasan penampang bagian tengah kapal terhadap luasan bidangkotak yang melingkupi luasan tersebut.

3.Koefisien prismatik merupakan perbandingan nilai luas dari midship kapal terhadap lebar(B) dan saratkapa(d).


 


 

2.5 PRINCIPAL DIMENSION

2.5 .1 TAMPAK DEPAN


 


 


 

2.5.2 TAMPAK ATAS


 


 


 


 

2.5.3 TAMPAK SAMPING


 


 


 


 

2.5.4 POSISI DUDUK


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

2.5.5 GAMBAR 3D RANCANGAN


 


 


 


 


 


 


 

2.5.6 WATER LINE


 


 


 


 

2.5.7 BUTTOCK LINE


 


 


 


 

2.5.8 BODY PLAN


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

2.5.9 PERHITUNGAN LUAS SECTIONAL AREA


 


 


 


 


 


 

2.5.10PERHITUNGAN HIDROSTATIK CURVE


 


 


 


 

2.5.11 PERHITUNGAN CROSS CURVE


 


 


 


 


 

2.5.12 PERHITUNGAN HAMBATAN


 


 

2.5.13 PERHITUNGAN STABILITAS


 


 


 


 


 


 

2.5.14 LAYOUT 3 DIMENSI KAPAL RANCANGAN


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB III

PENUTUP


 


 

3.1 KESIMPULAN

    Sebagai penutup dari laporan Small Craft Design kami dengan tema kapal wisata air, berikut ini adalah beberapa kesimpulan-kesimpulan yang dapat kami ambil dari sepeda amphibi yang kami desain.

  • Mekanisme dan Cara Penggunaan

    Kapal rancangan kami ini kami desain sesederhana dan semudah mungkin untuk dikendarai sehingga para pemakai dapat menggunakan kaki untuk mengayuh pedal whell.


 

  • Kelebihan dan Kekurangan
  • Kelebihan dari kapal wisata air ini adalah:
  • Mudah dalam pengoperasiannya.


 

  • Namun kapal kami memiliki beberapa kekurangan yakni


     

  • Tidak dapat menampung penumpang yang benyak


 

Oleh karena itu diharapkan maka kapal kecil wisata air ini dapat berguna untuk digunakan sebagai alat rekreasi.


 


 


 


 


 


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA


 


 

Teori merancang kapal

Maxurf desing book

Hydromax desing book