Rabu, 30 November 2016

POLAROID BUSINESS CASE

POLAROID CORPORATION
Sang pendiri perusahaan yang bisa meramal masa depan bisnis kamera

*Tahun 1937 Polaroid didirikan oleh Edwind Land, Tahun 1948 pertama kali diproduksi kamera instant pertumbuhan pun tingggi penjualan dari $142,000 s/d $ 1 Billion, dan pada tahun 1977 mencapai puncaknya melebihi dari $1 Billion.

*Tahun 1980 setelah 43 tahun lebih Edwin Land pensiun dan mengundurkan diri dari CEO dan pada tahun 1982 dia menjual seluruh saham kepemilikannya di bursa.

*Tahun 1986 Polaroid menuntut kodak atas pelanggaran hak paten sebesar $900 Million.

*Tahun 1988, Setelah tidak adanya lagi pemegang saham Mayoritas seperti Edwin Land, ancaman untuk diambil ahli oleh pihak lain pun terjadi dan yang pada saat itu adalah Shamrock Holding ingin melakukan pembelian atas polaroid karena melihat masih adanya potensi dan prospek yang bagus atas perusahaan dan kondisi harga saham Polaroid pada saat itu Nilainya Undervalue.  

*Sebagai bentuk pertahanan agar tidak diambil ahli oleh perusahaan lain Polaroid melakukan dua upaya sekaligus bersamaan untuk mengatasi harga saham mereka yang undervalue Yaitu dengan Employee Stock Ownership Program (ESOP) dan Melakukan Repurchased Stock (Pembelian Kembali Harga Saham).

*ESOP dilakukan untuk menaikan harga saham dan lembar saham akan naik. ESOP juga dikeluarkan dalam rangka untuk memberikan Signalling positif kepada Market yang menngambarkan bahwa kuatnya Capital perusahaan sehingga dapat membagikan Saham.

*Repurchased Stock untuk mengurangi jumlah saham yang beredar dan menurunkan nilai cost of Equity sehingga harga saham pun akan naik.

*Perusahaan melakukan ESOP dan Repurchased dengan menggunakan Hutang. Sebelum tahun 1988 levered perusahaan hanya 0% artinya perusahaan sama sekali tidak memiliki hutang akan tetapi pada tahun 1988 Levered perusahaan menjadi 56% jadi komposisi struktur modal perusahaan menjadi berkisar 40% (Equity) dan 60%(Debt).

*sepuluh tahun terakhir 1986-1995 rata-rata penjualan hanya 3,6% dan setelah adjustment dari inflasi mungkin hanya 0%.  Kerugian terjadi di tahun 1988 (-$22Million),1993(-$51,3Million) dan 1995(-$140Million), dimana jika dilihat akun yang menyumbangkan kerugian terbesar adalah Restructuring Expense. Restructuring yang dilakukan perusahaan adalah Financial Restructuring dan Bisnis Restructuring dan itu membutuhkan dana yang besar tahun 1988 ($151,9Milllion), 1993($44Million),1995($247Million).

*Harga Saham Polaroid tahun 1995 setelah dilakukannya ESOP,Repurchased Stock melalui Financial Restructuring dan Bisnis Restructuring menjadi Over Value dimana nilai Intrinsic Value saham $30,4 dan harga pasar saham $47,38.

*Polaroid merupakan perusahan berbasis teknologi oleh karenanya membutuhkan jumlah capital yang besar untuk Inovasi Teknologi  melalui Research and Developmentnya. Setelah Edwind Land Meninggalkan Polaroid, siklus bisnis perusahaan sudah sampai tahap maturity dimana sudah banyak perusahaan kompetitor dan pada saat itu pula Polaroid sudah tertinggal dalam hal teknologi atas produknya. Di tahun 1993 – 1995 Penjualan Polaroid di negara asalnya US menurun karena tertinggalnya Innovasi, sementara Penjualan di Luar Negeri (Asia,Eropa,Kanada,America Latin) meningkat karena teknologi di luar negeri masih tertinggal dibandingkan US.

*Posisi total Hutang Polaroid tahun 1995 adalah $727 Million dimana Long Term Debt nya yang akan jatuh tempo 6 tahun ke depan adalah sebesar $566,7 Million dan sebesar $39,7 Million harus dibayar tahun 1996.

*Rating Bonds Polaroid saat ini menurut Moodys dan S&P rating ada di BBB rating.

* Di akhir tahun 1995 Polaroid membutuhkan Pendanaan besar dan cepat untuk ketiga Hal :
Inovasi Teknologi  yang harus segera dilakukan cepat atas produknya, Mengejar Expansi Penjualan Ke luar Negeri, Membayar Hutang yang akan segera jatuh tempo selama 6 tahun kedepan.

*Bonds Merupakan Instrument keuangan yang dapat memberikan pendanaan yang cepat bagi perusahaan.

*Harga saham Polaroid pada tahun 1995 Over Value dimana bisa juga dijadikan alternatif pendanaan lainnya yaitu dengan melakukan Issuing New Stock.

*Berdasarkan Financial Flexibility Polaroid tidak mungkin untuk menaikan Rating Bondsnya karena total hutang Maksimum berdasarkan kriteria Bond Rating BBB saja sudah melebihi kapasitas sebesar ($ 53 Million).
Untuk menaikan rating ke A Perusahaan harus mengurangi hutang sebesar $ 208 Million
Untuk menaikan rating Ke AA perusahaan harus mengurangi hutang sebesar $ 311 Million
Untuk menaikan rating ke AAA perusahaan harus mengurangi hutang sebesar $ 426 Million

*Yang lebih memungkinkan bagi Polaroid untuk memenuhi kebutuhan dananya adalah dengan Menurunkan Rating Bonds dari BBB ke BB dimana Pada rating BB Polaroid akan mendapatkan total hutang $925 million sehingga mendapatkan kelebihan dana dari Hutang sebesar $ 218 Million (945-727) yang dapat digunakan untuk melakukan Inovasi teknologi dan Ekspansi Ke Luar Negeri.

*Menurunkan Rating Bonds Obligasi tidak selamanya membuat perusahaan itu menjadi buruk, turunnya Bond rating akan menaikan cost of debt dan menurunkan Cost of Capital. Sesuai dengan Trade off theory untuk memaksimumkan nilai perusahaan penggunaan debt pada proporsi yang optimal sangat diperlukan oleh perusahaan dimana seperti yang kita ketahui proporsi hutang dan equitas pada polaroid selama ini berada pada kisaran 40% Debt dan 60% Equity dan yang memungkinkan untuk proporsi struktur modal seperti itu adalah pada rating BB.

 *Keputusan Polaroid pada tahun 1995 yaitu menggunakan debt dan menurunkan rating bonds menjadi BB akan tetapi begitu tahun 1998 pada saat krisis ekonomi dunia Polaroid mengalami masalah dan Bangkrut pada tahun 2000.  Penggunaan Debt akan optimal jika kondisi ekonomi dalam kondisi baik, jika dalam kondisi krisis ekonomi perusahaan yang bermasalah adalah perusahaan yang menggunakan proporsi debt lebih besar (High Levered-High Financial Risk).


*Berdasarkan Studi Harvard jika Polaroid pada tahun 1995 menggunakan Equitas sebagai alternatif pendanaannya dengan melakukan Issuing New Stock, maka mungkin Polaroid akan tetap bisa bertahan hingga sekarang. Perusahaan yang menggunakan Equitas jalannya akan susah dan lambat dibandingkan Perusahaan yang menggunakan Debt akan tetapi di saat Krisis Ekonomi perusahaan yang menggunakan Equitas lah yang akan bisa tetap bertahan Hidup dibandingkan perusahaan yang menggunakan debt.

CARREFOUR BUSINESS CASE

CARREFOUR S.A
Perusahaan yang mampu bersaing karena keunggulan liquidity ratio

*Didirikan Tahun 1960, merupakan Industri Retail,dan fokus kepada kebutuhan hidup manusia setiap harinya sehingga tidak dipengaruhi kondisi ekonomi.

*Sebagai Retail Industry Carrefour Membutuhkan dua cost driver :
1 Short Term Investment untuk kebutuhan working capital (modal Kerja)
2 Long Term Investment untuk kebutuhan Building Construction, Acquitition Land / Cost of Land, Car transportation

*Carrefour strategi membangun storenya di kota-kota pinggiran dengan akses yang dipinggir jalan besar. Harga tanah dapat dibeli dengan murah sehingga cost tanahnya lebih murah 25 % dibandingkan kompetitornya (Traditional Store) yang letaknya di pusat kota.

*Carrefour beroperasi dengan rata-rata gross margin 15% dimana untuk tradional store rata-rata gross marginnya lebih besar 5 sampai 10 % dari Carrefour. Perusahaan bermain di Volume Penjualan dan tidak ada penjualan dalam bentuk satuan. Carrefour dapat menjual hingga dibawah Gross margin Traditional market lainnya mengidentifikasikan bahwa perusahaan mengenakan harga yang murah (Low Price), hal ini dikarenakan adanya spontaneous fund yang besar dari supplier dan tanpa bunga (Trade Notes Non Interest Bearing).  

*Flexibilitas dari Supplier dengan adanya Spontanous Fund (Trade Notes Non Interest Bearing) Yang Jumlahnya Besar membuat total Financing atau Liability pada perusahaan porsinya lebih besar dipengaruhi oleh hal tersebut. Akan Hal ini nilai  Net Working Capital menjadi negatif, Current Ratio Menjadi kurang dari satu dan Debt To Equity ratio menjadi semakin besar . Seolah-olah Carefour mengalami masalah dalam hal Liquiditas. Akan tetapi jika kita melihat Cash Conversion Cycle Carrefour bernilai Negatif 27 hari dan hal ini menandakan bahwa perusahaan benar-benar tidak memiliki masalah liquiditas bahkan memiliki kelonggaran waktu pembayaran kepada suppliernya hingga 27 hari sehingga Carrefour memiliki Excess Cash yang luar biasa banyaknya.

*Carrefour dapat mengolah  kelebihan uangnya dengan memanfaatkan kelonggaran waktu pembayaran selama 27 hari untuk keperluan lain.

*Investasi jangka panjangnya dalam bentuk Net Fixed Assets nilainya setiap tahun naik signifikan akan tetapi kenaikan tersebut tidak dibarengi dengan pendanaan jangka panjangnya sehingga bisa diindikasikan Carrefour menggunakan kelebihan uang kas dari hasil Investasi jangka pendeknya untuk mendanai Investasi Jangka panjangnya. Hal ini bisa kita katakan Carrefour melakukan Miss Matching pada pendanaannya.

*Penggunaan kelebihan kas yang dimiliki Carrefour untuk Investasi Jangka Panjangnya yang seharusnya di kembalikan kepada Supplier akan menjadi masalah buat perusahaan jika dalam keadaan resesi ekonomi dimana Supplier menginginkan uang mereka dibayar lebih cepat, maka Carrefour akan mengalami kesulitan pengembalian.

*Carrefour dapat bertumbuh dengan cepat dan dapat menghasilkan pertumbuhan 50 % setiap tahun selama tahun 1965-1971 dan pada akhir 1971 Carrefour sudah memiliki 16 Hypermarket, 5 store joint venture, dan 7 franchising Store.

*Akan pertumbuhan nya ini Carrefour dan Hypermarket lainnya pada saat itu memberikan efek negatif kepada kehidupan ekonomi setempat dimana sebanyak 40% dari traditional store yang beroperasi disaat itu bangkrut dan menghilang. Pemerintah setempat membuat beberapa peraturan untuk mengatasi hal itu mulai dari dengan membatasi jumlah kepemilikan lahan yaitu paling banyak 250 Sq Meter dengan jumlah total store yang bisa dibangun sebanyak 2 store. Selain itu Pemerintah juga mengenakan pajak yang besar untuk Hypermarket yaitu sekitar 50% pertahunnya.

*Sesuai dengan Visi Carefour “ Speed and Direction of Future Growth”. Pada awal tahun 1972 pihak Management Carrefour berpikir bagaimana mengatasi hal tersebut untuk pertumbuhan perusahaan berikutnya.  Perancis Hanya membutuhkan 2,2 Million SQ Meter untuk lahan Hypermarket dan sebesar 1,1 SQ Meter sudah dikuasai oleh Carrefour, berarti hanya setengah dari kapasaitas lahan Prancis yang dapat dikejar berikutnya. Perusahaan juga berpikir bagaimana jika expansi keluar dan model bisnis apa yang akan di terapkan Whole Owned, Joint Venture, Franchise. Untuk Expansi ke luar negeri pun negara mana yang sesuai dan yang terpilih.

* Bentuk Model Bisnis yang dilakukan adalah campuran (Mixed) dari ketiganya :
1.Whole Owned 100% - High Risk,High Return. Untuk 4 sampai 5 tahun ke depan Carrefour bisa mencoba untuk menguasai terlebih dahulu sisa lahan yang masih bisa untuk direbut di Perancis.
2. Joint Venture 10-50% - Medium Risk, Medium Return.
3.Franchise 0,2% * Sales dan 1% untuk non food Items – Low Risk, Low Return.

*Carrefour menjadi No. 1 di Perancis karena Competitive advantage yang dimiliki dimana selain dapat menjual dibawah margin traditional store lainnya, Carrefour dapat mempertahankan Current Ratio Nya <1 1="" adalah="" berdasarkan="" berkisar="" bersaing="" carrefour="" competitor="" current="" dan="" dapat="" dengan="" di="" dibandingkan="" disana.="" disana="" german="" hypermarket="" jika="" juga="" karena="" kecil="" lainnya="" lebih="" menjadi="" mudah="" negara="" o:p="" perancis.="" pilihan="" ratio="" sehingga="" sudah="" uk="" untuk="" yang="">

*Jika Berdasarkan Sales Growth Belgia merupakan Negara potensial yang dapat dipilihi carrefour untuk mengembangkan Expansinya.

* Untuk Pendanaannya Carrefour harus memperbaiki struktur modalnya dimana Investasi Jangka Panjang tidak boleh dibiayai oleh Pendanaan Jangka Pendek (Spontaneous Fund). Lebih baik Investasi Jangka Panjangnya didanai oleh Hutang jangka Panjang atau bisa dikatakan Carrefour harus mengambil hutang untuk memenuhi Investasi jangka Panjangnya karena Carrefour mampu untuk membayar Hutang bunga. Pilihan lainnya Carrefour Juga bisa melakukan Issuing New Stock. 


BUTLER LUMBER COMPANY BUSINESS CASE

BUTLER LUMBER COMPANY
Kasus shortage cash karena cash flow yang tidak lancar

*Didirikan Tahun 1981 sebagai Partnership, dan Tahun 1988 Mark Butler membeli seluruh bagian dari Partner yang lain dan merubahnya menjadi Private Company.

* Strategi Perusahaan Low Cost Strategi melalui 4 P nya :
Produk : Produk Generik (Material Mentah)
Price : Harga Produk murah, ada flexibilitas ke customer dalam hal pembayaran
Promotion : Ada diskon pembelian atas Quantity
Place : Growing Suburban City, dekat dengan Railroad sehingga akses mudah dari supplied dan dekat dengan Customer. Letaknya di Amerika sebelah utara dengan suhu yang extrem (dingin sekali saat winter dan Panas sekali saat Summer). Penjualan paling besar terjadi saat musim spring dan summer yaitu pada Quarter ke 2 dan ke 3 sepanjang april sampai september, melayani kebutuhan pembuatan rumah baru dan maintanance.

*Bisnis ini belum ada kompetitior dan Entry Barriernya rendah, Butler company juga memiliki track record yang baik. Perusahaan juga mendapatkan Flexibilitas dari Supplier dalam hal waktu pembayaran yaitu bisa melebihi dari credit Term dan dalam hal ini Butler tidak pernah mengambil diskon pembelian selama dua tahun terakhir kepada suplier karena selalu telat bayar dimana normal credit term untuk pembayaran antara 10 s/d 30 hari akan dapat diskon 2%.
*Perusahaan hanya memiliki sedikit karyawan dan tidak memiliki sales represntative, semua penjualan secara exclusive melalui telp dan tidak ada yang melakukan penagihan atau kontrol pembayaran kepada konsumen sehingga Cash Conversion Cyclenya per days sangat lama 60 sampai 70 hari.
*Pada tahun 1991 setelah beroperasi selama 10 tahun perusahaan  memproyeksikan penjualannnya akan meningkat sebanyak 55% penjualan akan terjadi selama bulan april sampai september. Akan tetapi perusahaan memiliki masalah shortage of cash untuk modal kerjanya. Suburban National Bank yaitu bank yang selama ini perusahaan gunakan tidak dapat meningkatkan limit kredit perusahaan yaitu $250,000 dimana perusahaan sudah meminjam $247,000. Untuk menambahnya Perusahaan harus memiliki jaminan property.

*Penawaran pinjaman lain datang dari Northroup International Bank sebesar $465,000 dengan syarat butler harus memutuskan hubungannya dengan Suburban National Bank dan Perusahaan harus mengalihkan semua hutangya ke Northurp Int Bank. Interest juga dinaikan 2 % dari yang sebelumnya atau  10,5%.

*Northroup Int bank juga memproyeksikan bahwa penjualan perusahaan bisa mencapai $3,5 Million atau 30% . ini Possible atau tidak??? Apa enggak kegedean??
Kalau berdasarkan data Q1 penjualan yang terjadi $718 ,sedangkan volume penjualan 55% terjadi di Q2 dan Q3 kalau diasumsikan Q1 dan Q4 adalah 45% maka besarnya Q1 adalah 22,5% dan kita dapat mengetahui bahwa total sales yang sesungguhnya itu adalah sekitar $ 3,1 Million atau kenaikan sekitar 18%.

*Perusahaan ini cost drivernya Short  Term Investment  dan butuh modal kerja (Net Working Capital) yang banyak.

KENAPA BISA TERJADI SHORTAGE OF CASH? APAKAH KARENA INEFFISIENSI PERUSAHAAN??

SHORTAGE OF CASH Terjadi karena adanya pertumbuhan sales dan untuk hal itu pertumbuhan pendanaannya tidak seimbang dengan pertumbuhan investasinya.

Contoh Tahun 1988
Net Working Assets : (A/R + Inventory) – (Account Payable+Accrued Expense)
Modal kerja (A/R + Inventory) = 171 +239 = $410
Spontaneous Funds(Account Payable + Accrued Expense) = $ 148
NWA/NOWC = 410-148 = $262
NWA atau NOWC sebesar $262 dan Notes Payablenya yang tersedia $105 tetap tidak mencukupi.  Kebutuhan untuk mendanai modal kerjanya tidak dapat dipenuhi baik itu dari Spontaneous Fund dan Notes Payable inilah yang dijadikan alasan dari Butler untuk minta tambahan dana lagi.
Begitu juga di tahun-tahun berikutnya, NWA selalu meningkat dan kebutuhan dana jangka pendeknya selalu kurang. Bahkan Perusahaan menggunakan Long term investment dan Equity nya untuk pendanaan jangka pendek (Miss matching).

NWA/NOWC meningkat wajar atau tidak??? Yah wajar kalau kenaikan NWA  itu disebabkan oleh pertumbuhan SALES.

*Jika NWA/NOWC itu Positif atau Negatif bagus mana??? Baik itu Positif maupun Negatif sama-sama punya tujuan dan konsekuensinya.

*Membandingkan jika menggunakan Discount dari Suplier (Skenario A) dan Yang Tidak (Skenario B)
Butler sudah 2 tahun terakhir tidak pernah menggunakan diskon 2% pembelian dari supplier, jika butler menggunakan Diskon tersebut maka butler mendapatkan kelebihan income akibat dari diskon tersebut karena costnya menjadi kecil. Selain itu total dana yang didapat untuk shorterm debt dari skenario A menjadi $608 sedangkan skenario B $ 422. Jadi lebih baik Butler memilih untuk menggunakan diskon yaitu Skenario A.

*Melihat Pertumbuhan Sales dari tahun 1988 sampai 1989 melalui Account Receivable
Selisih AR 1988-1989 sebanyak $51 atau sekitar 18,6%
Sebesar $51 berapa yang disebabkan oleh inefficiency dan berapa yang disebabkan oleh pertumbuhan.
Selisih DSO(Average Collect) tahun 1988-1989 = 39,7 – 36,3 = 3,4 hari
Sales per day tahun 1988 = 4,7
Due to change Periode = 3,4*4,7 = $ 16,4 (Inefficiency)
Yang disebabkan karena sales = $51 - $16,4 = $35
Jadi sudah dapat dibuktikan bahwa shortage of Cash terjadi bukan karena kebocoran dari inefficiency akan tetapi karena pertumbuhan Sales perusahaan.

*Butler Company Siklus Bisnisnya itu pada tahap Growth. HOW FAST SHOULD  YOUR COMPANY GROWTH?? DEPENDS ON THE SPREAD

Kita harus melihat apakah butler Company Pertumbuhan nya ini Wajar atau Kelebihan
Tahun 1988  ROE 11,5% dan ROIC = 9,4 %  ROE > ROIC , spreed = 11,5-9,4 = 2,1
Tahun 1989 ROE 11,8% dan ROIC = 10,5% ROE > ROIC , spreed = 11,8 -10,5 = 1,3
Tahun 1990 ROE 13,5% dan ROIC = 12,4% ROE > ROIC, spreed = 13,5- 12,4 = 1,1
Jika dilihat Spreed perusahaan makin lama makin turun bisa saja tahun 1991 spreed perusahaan dibawah 1,1. Hal ini menandakan bahwa growth perusahaan terlalu ketinggian atau kebanyakan. Butler Company harus mengurangi pertumbuhan salesnya.
Seperti yang diketahui bahwa perusahaan memiliki proyeksi pertumbuhan 30 %
Exhibit 7 (jawaban Ibunya mengenai Synsitivitas analysis) Dengan menggunakan  skenario A maka Growth harus diturunkan sebesar 20% menjadi 10% untuk mendapatkan tambahan Spread
Skenario A = 12,4%-10,5% = 1,9
Skenario B = 10,1%-10,5% = -0,4

LAIN-LAIN

*Apakah untuk menarik minat investor  perusahaan harus memaksimumkan pertumbuhannya dari waktu ke waktu ?
Tidak, karena pertumbuhan tergantung dari masanya (sk=iklus bisnisnya), apa bila tidak dimasa pertumbuhan harus berhati2, harus sesua strategi, memaksimumkan pertumbuhan tidak harus tepat dari waktu ke waktu.

*Apa Hubungan Pertumbuhan dengan Profitabilitas ?
Lihat dari life Cyclenya, pertumbuhan tidak selalu meningkatkan profitabilitas, pada saat declining profitabilitas dapat turun, karena pada saat itu kompetitor makin banyak maka untuk mendorong pertumbuhan makin sulit.

*Pecking Order Hipotesis : dalam hubungan nya dengan signaling theory bahwa jika perusahaan ingin melakukan ekspansi atau membutuhkan dana untuk investasinya perusahaan harus terlebih dahulu menggunakan pendanaan internal yaitu dengan 1.retained Earning lalu setelah dana internal sudah digunakan baru penggunaan dana External dimulai dari 2. Debt lalu berikutnya adalah  3.Equity

*Cost of Capital untuk memutuskan investasi kedepan akibat adanya ketidak pastian bukan mengevaluasi keputusan masa lalu.

* Spreed perusahaan dari tahun ketahun pasti menurun dan mendekati nol, sebelum mendekati nol, maka harus dicari solusinya atau diganti bisnisnya.

* Perusahaan pada fase Maturity sebelum declining di karenakan pasar sudah jenuh dan kompetitor banyak, perusahaan dalam hal ini bisa quit atau segera menjualnya. Apabila quit terlambat maka asset sudah tidak bernilai. Jika terlambat harus memulai bisnis baru atau melakuka inovasi secara cepat atau melakukan differensiasi, hanya untuk semua itu butuh Cost Of Capital yang besar.

* ROE = ROIC + (ROIC – Interest ) Debt/ Equity

*ROIC =ukuran kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba jika hanya menggunakan dana internalnya saja (Sponteneous Funds)

*ROE = ukuran kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba jika menggunakan dana internal dan External.

*Untuk meningkatkan ROIC perusahaan harus meningkatkan Margin dan Turn Over. Akan  Meningkatkan Margin dapat menurun kan biaya sedangkan Meningkatkan turn Over Menaikan Biaya, kedua hal ini bertolak belakang, oleh karenanya harus dilihat dan dicari Margin dan Turn Over yang optimal.

*Mengapa Harga Saham Perusahaan Bisa Under Value dan Over Value ???
Harga saham perusahaan bisa under value dan over value setiap waktunya tergantung kondisi pasar. Oleh karena itu perusahaan harus selalu menilai Fair Value dari harga saham setiap waktunya agar perusahaan dapat mengeluarkan kebijakan terkait pendanaan dari luar jika ingin menggunakan Equity Stock. 
Jika harga saham Over Value perusahaan dapat melakukan Issuing New Stock agar mendapatkan pendanaan dari luar, Jika harga saham Under Value Perusahaan tidak tepat untuk melakukan Issuing New Stock.